Ceper: Terbayar Puas Setelah Bertemu Mereka

Bogor - Kebumen: Tak ada angin tak ada hujan, Bogor 26 Februari sekitar pukul 12.10 WIB, hati saya tergerak untuk move raga ke sebuah ruang lingkup kasih sayang orang tua. Sekitar tujuh bulan lamanya , setelah pernikahan kakak keempat saya memang belum menengok keadaan mereka di Kebumen.

Saya adalah anak terakhir dari lima saudara, kata orang jawa anak bontot itu manja, kurang mandiri atau apalah sebagainya, namun alasan dari semua itu dengan yakin saya bantah, karena saya berusaha mandiri sejak lulus SMP, saat itu saya berkeyakinan ingin memisahkan diri dengan orang tua untuk menjalani hidup anak kost sejak lulus SMK dan sekarang saya tetap memisahkan diri dari mereka, karena rutinitas saya sendiri di Depok, sementara numpang tidur di Bogor menumpang bersama Kakak pertama.

Kedua Orang tua saya dengan ditemani ayah dari ibu saya (dibaca: Kakek) mereka hidup damai dengan lingkungan yang sentosa di Kebumen tepatnya di kecamatan Buluspesantren desa Gebangsari (dihayati: Daerah Pelosok). Melewati dua bulak atau pematang sawah dengan pencahayaan lampu desa yang seadaanya harus dilakoni jika teman-teman ingin melihat tempat tinggal orang tua saya di sana.

Kecuekan dan ketidakpedulian mengenai lontaran pertanyaan dasar seperti diantaranya:
"Apakah sudah makan belum? Sedang apa? Bagaimana keadaan hari ini? Ada masalah apa di kampus? Nanti malam pulang jam berapa?"
Telah menjadi bagian sisi saya selama empat tahun numpang di Bogor, hehe.. tidak apalah namanya juga hidup prihatin jauh dari orang tua, jadi memang harus mandiri segala hal. Mungkin kakak pertama saya sudah takdirnya harus melakoni peran ketua rumah tangga yang sibuk, jadi tidak mungkin pula dia terus terusan memperhatikan adik terkecilnya ini. Kakak ipar saya seorang PNS, ia guru dari sebuah SD Negeri di Bogor, sedangkan keponakan saya bersekolah di SD yang sama dengan Bundanya bekerja.

Memang jelang setelah satu hari acara Charakter and Team Building, saya sudah bertekad untuk pulang ke Kebumen, dikarenakan waktu liburan semester tujuh yang cukup lumayan untuk mencharge hati dan pikiran selama kurang lebih enam hari sebelum perkuliahan semester tingkat akhir di mulai dan menjalani perjuangan skripsi.

Sekitar pukul 12.40 WIB saya pergi dengan "Supri" (panggilan kesayangan motor plat AA saya) menuju terminal Barangsiang, mencari tiket ke Kebumen untuk keberangkatan hari itu. Tiket bis Sinar Jaya pun telah saya dapatkan, tertanda di tiket pukul 15.00 WIB bis berangkat. Maka sesegara mungkin saya kembali ke rumah untuk bersiap-siap. Rendang dekat pertigaan tiga dua depan perumahan Villa Bogor tak lupa menjadi sasaran empuk untuk dibeli sebagai bekal makan malam hari itu, Lumayanlah, mengingat pemasukan bulan ini tidak seberapa jadi saya harus irit seiritnya daripada harus membeli nasi di RM tempat pemberhentian bis Sinar Jaya pasti harganya tiga kali lipat, batin saya.

Sesampainya di rumah saya langsung mengkolaborasikan bungkusan plastik berisi rendang  dengan kertas minyak berisi nasi putih dan tempe goreng yang diambil dari racikan kakak ipar saya. Saat itu rumah keadaan kosong, kakak saya masih kerja dan dipastikan lembur sampai malam, kakak ipar dan keponakan saya pun masih di sekolah, mungkin jam empat baru muncul di rumah.

Dengan mengucapkan Assalamualaikum saya pun keluar dari rumah dan mendekati ojek untuk minta diantar ke Pomad tempat pemberhentian bus untuk pergi ke terminal Barangsiang. Sesampainya di Barangsiang saya duduk di  nomor enam yaitu tempat duduk nomor dua dari depan. Tak ada pamit yang saya tinggalkan untuk orang Bogor, kakak-kakak saya lainnya maupun orang tua saat itu. Sengaja memang niat saya untuk pulang ke Kebumen dengan tema kejutan kali ini. hehe

Bus Sinar jaya saat itu meninggalkan gas keberangkatan pukul 15.30 WIB, kondisi bus lumayan terisi setengah penuh dengan mayoritas penumpang tujuan Jogja. Saya duduk dengan pemuda asal Klaten yang bekerja di Yayasan Dakwah Islam Cikaret Bogor , dengan bermodalkan ilmu sosialisasi yang saya miliki, saya pun akrab dengan dia, namanya Ahmad Soleh seorang pemuda berprestasi dari Yayasannya yang berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa belajar dakwah islam di Yaman, namun belum dijiinkan oleh orang tuanya, Semoga dengan kehadirannya pulang ke Klaten, orang tua nya bisa bergerak hatinya untuk merestuinya pergi belajar ke Yaman. AMIIN.

Rabu 27 Desember pukul 02.54 WIB, Alhamdulilah saya sampai di Kebumen dengan selamat. Sempat sedikit panik juga karena waktu itu ojeg di Kedungbener (tempat saya turun) belum ada satupun, saya sampai membangunkan orang yang tertidur di depan warung karena dekat dia tidur ada sebuah motor.
"Mas Mas, Ojeg kan Mas nya?" sambut asing saya saat itu dengan mas mas berjaket tebal yang sedang nyenyak tertidur.
"Hmmm iya iya, mengko dhisik yaa, duuh" jawab mas ojeg yang kaget karena terbangun dari mimpi hangatnya
"Ngojeg yaakk, maring gebang yuk?, Pira yak maring gebang?" ajakan pinta hangat saya yang diartikan menyewa jasanya.
"Biasalah  limawelas ewu, " Jawab mas ojeg
"Laah, ora bisa kurang apa, sepuluh ewu baelah yaak" Tawaran saya untuk menurunkan patokan harga, hehehe maklum jiwa ekonomi saya sudah terlatih saat ini.
"Laah wong kajine sing umahe pintune loro be semeno biasane, langganane inyong tuliih" Sangkal tukang ojek
Dengan perasaan gagal menjadi ekonom hebat saya pun menyewa jasa tukang ojeg tersebut. hehe. Sesampainya di depan rumah, mas tukang ojeg pun kaget karena saya mengaku jika saya adalah anak dari langganannya yang ia sering antar yang sering disebut kajine. hahaha

Gerbang rumah pun saya buka dan tutup kembali, tanpa disangka pintu rumah langsung terbuka diiringi mama dan bapak di rumah telah menyambut dengan rasa was was dan khawatirnya karena anak terakhirnya ini telah disangka Kakak pertama saya pergi dan meninggalkan Bogor tanpa ijin entah berantah kemana. Astaghfirullah ternyata rencana saya memberi kejutan menyimpang dari tujuan utama.wkwkwk

Hehehe maaf yah ma, pak buat kalian khawatir. Miss you mamake ramane....
Mama Akhmad Fauzi Tersenyum
Senyuman Ini Inspirasi Akhmad Fauzi
Bapak Akhmad Fauzi Netbook
Semangat Bapak yang Menjadi Teladan Saya
Tak disangka, Kekhawatiran juga jelas digambarkan dari pesan singkat dari kakak-kakak saya:
Pesan Singkat Kakak Keempat Saya:"Dekkkkkk km kmn? Hp mu ga bs dhub bp ma mas taufik cariin km tu bls ya"
Pesan Singkat Kakak Ketiga Saya: "ujii kemana kamu? dicariin tuuh"
Pesan Singkat Kakak Ipar Saya: "aku ga cuekin km. km aj yg perasaan.hehe. malah aku kehilangan km hehe.bawain lanting y"
Hahaha, ternyata dibalik kecuekan mereka ada rasa kepedulian juga dengan adik terkecilnya. OK maafkan semuanya. Cheers and Rock n Roll. Karena ini merupakan cerita perjalanan jadi lebih afdol saya buat juga estimasi waktu dan ongos dari Bogor- Kebumen, berikut ini rincinanya:
Perjalanan Bogor ke Kebumen
Perjalanan Bogor ke Kebumen
Pukul 13.30 : Beli Rendang Buat Bekal (9000)
Pukul 14.20 : Rumah ke Pomad (Ojeg: 5000)
Pukul 14.30 : Pomad ke Terminal Barangsiang (Bis Miniarta: 2000)
Pukul 15.30 : Bogor ke Kebumen (Bis Sinarjaya AC: 77.000)
Pukul 11.54 : Istirahat di Indramayu (Teh Tawar Panas: 3000)
*tuh kan teh aja mahal hiks
Pukul 03.02 : Sampai Kebumen (Ojeg ke gebang: 20.000)
*Lima ribunya buat sedekah
Pukul 03.30 : Kepuasan Seorang Anak

Total Waktu : 12 Jam lebih Dikit
*Lebih Lama 5 Jam dibandingkan Kereta Api
Total Biaya : Seratus Enam Belas Ribu Rupiah
*Lebih Hemat 40 % dibandingkan Kereta Api
Semoga cerita perjalanan saya, bermanfaat untuk semuanya. ada pesan dan nasehat dari cerita saya. insya ALLAH dapat diambil sendiri hikmahnya. AMIIN.Sekian dulu yah cerita saya, sarapan buatan mama udah menunggu nih di meja makan. Bye Bye

By: Akhmad Fauzi